Dapurremaja.com | Jakarta
Pengurus Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PC Pergunu) Kota Depok turut menghadiri International Conference on the Transformation of Pesantren yang berlangsung pada 24-26 Juni 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Konferensi internasional yang dihadiri oleh ratusan pimpinan pondok pesantren dari berbagai daerah ini mengangkat tema “Pesantren Berkelas Menuju Indonesia Emas: Menyatukan Tradisi, Inovasi, dan Kemandirian.” Kegiatan ini menjadi ajang strategis untuk membahas arah transformasi pesantren dalam menjawab tantangan zaman.
Dalam sambutannya saat membuka acara, KH Ma’ruf Amin, mantan Wakil Presiden RI, menyampaikan bahwa pesantren memiliki peran sentral dalam pembangunan bangsa, namun harus berani melakukan transformasi.
“Pesantren adalah benteng moral bangsa. Namun di era saat ini, pesantren tidak cukup hanya menjaga tradisi. Pesantren harus mampu beradaptasi dengan inovasi dan kemandirian ekonomi untuk menyongsong Indonesia Emas 2045,” tegas KH Ma’ruf Amin.
Sementara itu, Menteri Agama RI dalam keynote speech-nya menegaskan bahwa pemerintah siap mendukung pesantren menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul dalam keagamaan tetapi juga dalam sains dan teknologi.
“Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong transformasi pesantren melalui berbagai program penguatan digitalisasi, kewirausahaan, dan peningkatan mutu pendidikan,” jelasnya.
Konferensi ini juga menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan internasional, di antaranya KH Said Aqil Siroj, Prof. Komaruddin Hidayat, dan pakar psikologi kognitif dari Australia, Prof. Stella Christie.
KH Said Aqil Siroj menekankan bahwa transformasi tidak berarti meninggalkan tradisi.
“Pesantren boleh maju, modern, dan inovatif, tapi jangan pernah meninggalkan nilai-nilai Aswaja dan kearifan lokal. Itulah jati diri pesantren,” ujar KH Said.
Sedangkan Prof. Komaruddin Hidayat mengingatkan pentingnya pesantren membangun kemandirian ekonomi.
“Kemandirian ekonomi pesantren adalah kunci. Jangan hanya bergantung pada donasi. Pesantren harus menjadi pusat pemberdayaan umat,” ungkapnya.
Prof. Stella Christie memberikan perspektif tentang pentingnya integrasi pendidikan berbasis riset dan pengembangan teknologi ke dalam sistem pendidikan pesantren.
“Pesantren punya potensi besar jika mampu menggabungkan kearifan lokal dengan teknologi dan sains modern,” tuturnya.
Salah satu peserta dari Kota Depok, Abdul Mun’im Hasan, yang juga pengurus PC Pergunu Kota Depok dan perwakilan dari Pondok Pesantren Al Hamidiyah, Sawangan, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari konferensi ini.
“Saya sangat senang bisa hadir di sini. Selain menambah wawasan tentang bagaimana pesantren bisa bertransformasi, saya juga bisa bersilaturahmi dengan banyak kiai dan pengelola pesantren dari seluruh Indonesia,” ungkap Abdul Mun’im.
Ia juga menambahkan bahwa pesantren di Depok, termasuk Al Hamidiyah, akan berusaha menerapkan berbagai gagasan yang didapatkan dari konferensi ini.
“Kita tidak boleh tertinggal. Pesantren harus siap menghadapi era digital, memperkuat ekonomi mandiri, dan tetap menjaga nilai-nilai tradisi. Itu yang saya bawa pulang dari konferensi ini,” pungkasnya.
Tiga Hari Penuh Wawasan dan Kolaborasi
Selama tiga hari pelaksanaan, konferensi ini diisi dengan simposium, diskusi panel, dan workshop yang membahas berbagai isu seperti transformasi kurikulum pesantren, kewirausahaan pesantren, teknologi dalam pendidikan, hingga peran pesantren dalam membangun perdamaian global.
Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam mempercepat transformasi pesantren menuju lembaga pendidikan yang lebih unggul, mandiri, dan berdaya saing, tanpa meninggalkan akar tradisi dan nilai-nilai keislaman.