Mahasiswa FISIP di Bali Meninggal, Dugaan Bullying Mengemuka

Ragil
By Ragil
3 Min Read
PT. MEDIA DAPUR REMAJA - Informasi Iklan dan Media Partner: 081290802946
Ilustrasi Mahasiswa FISIP Udayana Timothy Anugerah Saputra Meninggal (Foto: Pexels)

Dapurremaja.com | Bali

Kabar duka mengguncang lingkungan kampus di Bali, setelah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) berinisial TAS ditemukan tewas akibat terjatuh dari lantai 4 gedung FISIP pada 16 Oktober 2025.

Kasusnya kemudian memunculkan dugaan bahwa Timothy menjadi korban bullying sistematis oleh rekan-rekannya.

Kronologi Singkat

  • Pada 16 Oktober 2025, Timothy melompat dari lantai 4 gedung FISIP di Bali dan meninggal di lokasi kejadian.
  • Setelah peristiwa itu, tersebar luas tangkapan layar percakapan WhatsApp dan media sosial yang memuat hinaan, sindiran, dan ejekan terhadap Timothy. Dugaan muncul bahwa pelecehan verbal itu terjadi sebagai bagian dari proses bullying.
  • Nama enam mahasiswa kemudian menjadi sorotan publik karena diduga terkait dalam percakapan-percakapannya. Mereka antara lain:
    1. LJHP
    2. MVVM
    3. MRSAP
    4. AANB
    5. VS
    6. PRAPT
  • Keenam mahasiswa itu kemudian mengeluarkan pernyataan permintaan maaf via media sosial.
  • Menanggapi beredarnya ucapan-ucapan tidak peka yang diarahkan terhadap almarhum, pihak universitas menyatakan bahwa percakapan tersebut terjadi setelah kematian TAS, sehingga menurut mereka ucapan itu tidak menjadi penyebab langsung peristiwa tragis tersebut.
  • Universitas Udayana membentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (Satgas PPK) untuk mengusut lebih lanjut kasus ini sesuai ketentuan Permendikbudristek No. 55 Tahun 2024 tentang penanganan kekerasan di lingkungan pendidikan tinggi.

Respons Publik dan Sorotan Mahasiswa

Tragedi ini mencuri perhatian luas dari kalangan mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum. Beberapa poin sorotan publik:

  • Banyak netizen mengutuk tindakan bullying baik saat TAS masih hidup maupun setelah kematiannya.
  • Sebagian pihak menilai sanksi yang diberikan oleh pihak fakultas yaitu pengurangan nilai soft skill dan rekomendasi nilai “D” (tidak lulus) untuk semester berjalan terlalu ringan dan tidak memadai sebagai bentuk pertanggungjawaban moral terhadap korban.
  • Mahasiswa lainnya menuntut agar proses investigasi dilakukan secara transparan, independen, dan profesional agar tidak ada konflik kepentingan dalam penanganan kasus.

Isu Bullying di Lingkungan Perguruan Tinggi

Kasus ini kembali menyoroti bahwa fenomena bullying bukan hanya masalah sekolah dasar atau menengah, tetapi juga bisa terjadi di perguruan tinggi. Pakar psikologi pendidikan menekankan bahwa bullying verbal dan psikologis sering dianggap remeh di lingkungan kampus, bahkan dianggap “dinamika sosial biasa,” padahal dampaknya bisa sangat fatal, seperti depresi berat dan dorongan bunuh diri.

Lingkungan kampus idealnya menjadi tempat yang aman bagi mahasiswa untuk belajar, berkembang, dan berekspresi tanpa rasa takut akan intimidasi. Namun ketika bullying terjadi dan tidak ditangani secara serius, reputasi institusi pendidikan dan kesejahteraan mahasiswa dapat terganggu.

Quick Link

TAGGED:
Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses