Dapurremaja.com| Bedahan
Dalam rangka memeriahkan Lebaran Depok Jilid 7, Kecamatan Sawangan akan turut ambil bagian dalam pelestarian seni dan budaya asli Kota Depok melalui penampilan khas seperti arak-arakan pengantin dan sorogan rantangan yang penuh dengan simbol budaya lokal.
Ketua Koordinator Kecamatan Sawangan, Maralih, menyampaikan bahwa kegiatan Lebaran Depok bukan sekadar acara seremonial, tetapi sebuah gerakan kolektif untuk menciptakan suasana yang kondusif sekaligus membangkitkan kembali kesenian dan kebudayaan yang nyaris punah di kota Depok.
“Acara ini menjadi wadah bagi kami untuk melestarikan budaya Depok yang sudah mulai tergerus zaman. Kami percaya, siapa pun yang tinggal di Depok adalah bagian dari Depok, dan sudah semestinya ikut menjaga nilai seni dan warisan leluhur kita,” ujar Maralih di kediamannya, pada Selasa (13/5/2025).
Dalam penampilannya, Kecamatan Sawangan akan membawa rombongan arak-arakan dengan ornamen khas seperti ikan gabus, kambing, rantangan, dan simbol-simbol budaya lainnya yang bertemakan kebersihan dan kehidupan masyarakat Betawi Depok.
Arak-arakan ini akan mengarak “pengantin budaya” sebagai simbol penggabungan nilai-nilai lama dan baru.
Sebanyak 140 peserta dari 7 kelurahan di Kecamatan Sawangan akan ambil bagian dalam pertunjukan sorogan rantangan yang menjadi ikon utama penampilan mereka pada acara pawai budaya yang digelar pada Sabtu (17/5/2025) di Alun-Alun GDC, Kota Depok.
Maralih juga menyinggung pentingnya bahasa Betawi Depok yang khas dan unik. Meskipun terdengar kasar, ia menekankan bahwa gaya bahasa itu merupakan bagian dari identitas masyarakat Betawi Depok yang seharusnya dilestarikan, bukan disalahartikan.
“Bahasa seperti itu sudah menjadi kebiasaan, bahkan sering digunakan dalam candaan sehari-hari. KOOD Berbudaya pun telah menerbitkan Kamus Bahasa Betawi Depok sebagai upaya pelestarian,” tambahnya.
Lebih jauh, ia menyampaikan harapan agar kegiatan ini mampu meningkatkan rasa memiliki terhadap budaya lokal, tidak hanya bagi warga asli, tetapi juga para pendatang yang kini tinggal dan membangun kehidupan di Depok.
“Setelah Lebaran Depok ini, kami akan terus menggiatkan program sosialisasi budaya ke masyarakat, terutama generasi muda seperti Gen Z. Masih banyak seni dan budaya Depok yang belum tergali, dan tugas kitalah—para pelaku budaya—untuk terus merawat dan mengenalkannya.”
Lebaran Depok bukan hanya perayaan, tapi juga penganyaman nilai, seperti filosofi nganam kulit ketupat—yang merangkai janur menjadi bentuk yang indah dan bermakna. Sebuah simbol bahwa dari hal-hal kecil yang dijalin dengan cinta dan kebersamaan, lahirlah identitas dan warisan yang tak ternilai.
Editor: Supiyadi Ahmad