Dapurremaja.com | Opini
Jurnalis bukanlah juru ketik. Dalam tugasnya, ada rangkaian substansial yang harus dilalui oleh jurnalis, step by step. Jurnalis dituntut untuk mampu melewati tahapan tersebut dalam waktu yang cenderung sangat terbatas. Mengetik berita adalah proses paling akhir, setelah melewati proses perencanaan, riset permasalahan, hingga eksekusi peliputan.
Selain itu, jurnalis harus bisa memberikan pertanyaan kritis atau merespons dengan umpan balik yang tajam dalam proses wawancara. Namun, kondisi pasif para jurnalis sering terjadi di lapangan, sehingga mereka hanya menelan informasi dari narasumber mentah-mentah tanpa mempertanyakannya kembali.
Jurnalis tidak bisa dan tidak boleh menerima informasi dari narasumber untuk dijadikan berita tanpa kritisi. Mereka harus memainkan perannya sebagai watchdog atau anjing penjaga, bukan sebagai anjing peliharaan. Peran ini penting untuk menjaga independensi dan integritas jurnalisme.
Saya pernah mempertanyakan hal ini kepada seorang kawan yang isi pemberitaan medianya cenderung menjadi corong Pemkot Depok. Alasannya sederhana: jurnalis perlu pemasukan dan cara termudah adalah dengan memuji pemerintah. Selain itu, media tempatnya bernaung rutin mendapatkan rilis dan advertorial dari Pemkot Depok.
Namun, ada juga alasan lain yang lebih kasuistik, seperti kondisi internal media yang memilih tidak terlalu kritis pada isu-isu tertentu. Pertanyaannya, apakah ini ada kaitannya dengan pemilik media yang juga politisi atau didanai politisi?
Dua argumen di atas belum mewakili alasan keseluruhan mengapa jurnalis memilih sudut pandang tanpa kritisi. Namun, kita bisa melihat faktor penting yang mematikan daya kritis para jurnalis. Mari kita tengok kembali rumus Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach-Tom Rosenstiel, yang mengingatkan kita bahwa kewajiban pertama jurnalisme adalah memihak pada kebenaran.
Loyalitas pertama jurnalisme adalah pada masyarakat, bukan pada pemerintah atau pemilik media. Jurnalis harus memiliki kebebasan finansial dari sumber yang diliput dan mampu mengemban tugas pemantau dan penyeimbang terhadap pemerintah. Dan yang paling penting, jurnalis diberi kewenangan untuk mengikuti kebenaran dan hati nuraninya.
SALAM SATU PENA!