Jejak Homo Erectus Pulang Kampung, Repatriasi Fosil Dubois ke Indonesia

Ragil
By Ragil
2 Min Read
PT. MEDIA DAPUR REMAJA - Informasi Iklan dan Media Partner: 081290802946
Ilustrasi homo erectus (sumber: peragaan museum geologi)

Dapurremaja.com | Jakarta

Ribuan fosil koleksi ahli paleoantropologi Eugene Dubois yang selama lebih dari satu abad tersimpan di Museum Naturalis Leiden, Belanda, akhirnya akan dipulangkan ke Indonesia. Langkah ini menandai babak baru dalam pemulihan warisan budaya dan ilmu pengetahuan bangsa.

Fakta Menarik

  • Koleksi yang akan dikembalikan termasuk sekitar 28.000 fosil yang telah teridentifikasi dari total hampir 30.000 fosil Dubois.
  • Di antara koleksi tersebut terdapat fosil Homo erectus dahulu dikenal sebagai Pithecanthropus erectus, hasil temuan Dubois antara tahun 1891–1892 di daerah Trinil, yang kini berada di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
  • Proses pengembalian (repatriasi) difasilitasi melalui pesawat kargo atas kerja sama pemerintah Belanda dan Indonesia, termasuk melalui tim gabungan yang menangani inventarisasi, konservasi, dan penelitian ilmiah.

Pernyataan Pemerintah dan Makna Budaya

  • Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyebut kepulangan fosil Dubois sebagai “pemulihan memori kolektif bangsa”, yang tidak hanya memindahkan artefak, melainkan mengembalikan narasi sejarah dan kedaulatan budaya.
  • Repatriasi ini dianggap sebagai kemenangan diplomasi budaya dan bukti bahwa Indonesia diakui memiliki hak yang sah atas warisan sejarahnya sendiri.
  • Pemerintah juga menekankan pemanfaatan koleksi tidak hanya sebagai koleksi museum, tetapi sebagai materi edukasi publik dan penelitian ilmiah. Generasi muda diharapkan memahami bahwa Indonesia adalah rumah bagi beberapa temuan manusia purba paling awal.

Tantangan dan Rencana Ke Depan

  • Salah satu tantangan adalah memastikan kondisi fisik fosil tetap terjaga selama pemindahan dan setelah tiba di Indonesia. Aspek konservasi, penyimpanan, dan perawatan menjadi fokus utama.
  • Penempatan koleksi sudah direncanakan ke Museum Nasional Indonesia serta ke kawasan pelestarian seperti Sangiran. Disediakan ruang dengan standar internasional untuk konservasi dan pemajuan penelitian.
  • Pemerintah juga merencanakan kolaborasi internasional, digitalisasi koleksi, serta program edukasi untuk publik dan institusi akademik agar ilmu paleoantropologi dapat dikembangkan lebih lanjut.

Quick Link

TAGGED:
Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses