Haul Kedua Buya KH Zainuddin Maksum Ali, Santri Diajak Amalkan Ilmu dan Dakwah Sang Kiai

Handy Fernandy
PT. MEDIA DAPUR REMAJA - Informasi Iklan dan Media Partner: 081290802946
Pengurus PCNU Kota Depok di haul kedua Almagfurlah Buya KH Zainuddin Maksum Ali (Foto: LTN NU Kota Depok)

Dapurremaja.com | Depok

Depok – Peringatan haul kedua Almagfurlah Buya KH Zainuddin Maksum Ali digelar khidmat di kediaman almarhum di Jalan Komplek Al-Hamidiyah RT 01 RW 13, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, pada Sabtu malam, 13 Juli 2025.

Ratusan jamaah hadir dalam acara haul tersebut. Selain masyarakat umum, hadir pula sejumlah tokoh penting Nahdlatul Ulama dan ulama terkemuka, seperti Ketua PCNU Kota Depok KH Achmad Solechan, mantan Ketua PCNU KH Raden Salamun Adiningrat, Wakil Ketua PCNU Kota Depok, Hafied Nur Siddiqi, dan tokoh MUI Kota Depok KH Dimyathi Badruzaman. Hadir pula Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Prof. KH Oman Fathurahman, Ketua Majelis Alumni IPNU Kota Depok Ustadz Aan Humaedi, serta tokoh muda NU Gus Bimo dari PAC GP Ansor Pancoran Mas.

KH Ahmad Fakhruddin Murodi, Pengasuh Pesantren Ittihadus Syibyan, dalam mauizah hasanahnya menyebut Buya Zainuddin sebagai pioneer ulama Aswaja An-Nahdliyah di Depok.

“Buya KH Zainuddin adalah pionir perjuangan akidah Aswaja An-Nahdliyah. Ketika seorang ulama wafat, sejatinya ilmu juga ikut hilang. Maka menjadi tugas santri untuk terus mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Itulah jariah beliau,” ungkap Kiai Fakhruddin.

Ia juga mengutip hadits Nabi dari sahabat Anas bin Malik ra tentang tujuh amal jariyah yang pahalanya tetap mengalir bagi seseorang meski telah wafat, salah satunya adalah mengajarkan ilmu. Ia menegaskan bahwa Buya Zainuddin telah memenuhi semua kriteria itu dalam hidupnya.

Hal senada disampaikan Prof. KH Oman Fathurahman. Menurutnya, Buya Zainuddin merupakan sosok ulama yang mengenalkan umat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh kasih dan keteladanan.

“Buya Zainuddin membawa kita mengenal Allah dan Rasul. Mari kita teruskan perjuangannya. Hadir di haul ini bukan sekadar mendoakan, tapi juga untuk meneguhkan komitmen kita sebagai santri agar terus mengamalkan ilmunya,” ujar Prof. Oman.

Sementara itu, Gus Saefullah Maksum Ali—putra Buya Zainuddin yang juga mantan Ketua JQH PBNU—mengajak para hadirin agar tidak hanya mengenang, tetapi juga melanjutkan perjuangan dan visi sang kiai.

“Buya selalu menekankan bahwa politik adalah alat untuk mempercepat dakwah Islam, bukan tujuan. Maka, kader NU harus cerdas memposisikan peran dalam masyarakat,” ucapnya.

Putra Buya lainnya, Gus Azman Ridho, dalam sambutan keluarga mengungkapkan rasa terima kasih atas kehadiran para ulama, asatidz, dan sahabat almarhum. Ia juga menyampaikan beberapa pesan hidup sang ayah, seperti pentingnya disiplin waktu, khususnya tidak tidur setelah salat Subuh, serta menjaga pola makan sehat seperti yang diajarkan oleh Habib Luthfi bin Yahya.

Haul ditutup dengan doa bersama dan pembacaan tahlil, yang dipimpin para habaib dan kiai. Kegiatan ini menjadi momentum penguat ikatan spiritual sekaligus pengingat akan pentingnya meneruskan jejak perjuangan para ulama dalam membumikan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Quick Link

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses