Dapurremaja.com| Depok
Elemen pendukung pasangan calon Wali Kota Depok, Supian Suri – Chandra Rahmansyah mulai mengotori komitmen Wali Kota yang menyebut dirinya kepala daerah untuk semua kalangan, bukan segelintir. Kebanyakan mereka berlagak dan berkata melebihi sang Wali Kota Depok, yang sebenarnya memiliki kebijakan itu sendiri.
Kita mulai dari yang pertama, mereka tampil menjadi tameng dari kebijakan “blunder” sang Wakil Wali Kota yang pada saat kampanye menyebut akan mengundurkan diri jika ada praktik jual-beli kursi pada PPDB, yang sekarang berubah nama menjadi SPMB.
Mereka bersuara dimana-mama, mulai di media massa hingga media sosial. Mungkin dalam sisi hatinya, mereka berkata akan melindungi Chandra Rahmansyah agar tidak mundur dari jabatannya.
Namun, penulis yakin mereka marah karena “hajat tahunan” mereka terhempas badai. Kita sama-sama tahu siapa “pemain” dalam hajatan tahunan dunia pendidikan tersebut.
Kedua, penertiban bangunan liar di Jalan Juanda. Isu ini mencuat setelah dua orang yang sebelumnya mendukung Supian-Chandra saling buka-bukaan kartu satu dengan lainnya.
Salah satu menyebut kawan yang telah menjadi lawan itu membawa kabur uang dari penyewa lahan, nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Sementara lawannya membuka si penyebaran informasi telah mengambil uang sewa, bahkan lebih dari satu miliar.
Ketiga, salah satu wartawan merasa keberatan beritanya tentang tokoh masyarakat yang mengeluhkan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dikomentari oleh elemen pendukung Supian-Chandra.
Elemen pendukung Supian-Chandra itu bahkan menghina LPM yang melakukan inspeksi mendadak dengan kata Kordinasi (Kopi, Rokok dan Nasi). Sebuah penghinaan besar terhadap lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah.
Penulis yakin, itu hanya arogansi seorang yang merasa berhasil meraih kemenangan untuk calon tertentu. Wali Kota Depok rasanya tidak mungkin berkata seperti itu.
Wali Kota kira-kira marah atau tidak ada elemen pendukungnya berlagak seperti itu? Bukankah itu merusak citra sang Wali Kota Depok itu sendiri?
Alangkah lebih baik tidak boleh saling menghina, apalagi dengan kata Kopi, Rokok dan Nasi. Sudah semulia nabi kah yang berkomentar seperti itu?
Nah, yang terakhir ini adalah penyebab munculnya tulisan ini.
Elemen pendukung Supian Suri – Chandra Rahmansyah dalam beberapa grup WhatsApp melakukan aksi membuat konflik manajemen.
Konflik yang terjadi pada organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat tentang dualisme kepemimpinan di lembaga pers itu merambah sampai ke Kota Depok.
Pelantikan Joko Warihnyo sebagai Plt Ketua PWI Depok di setting oleh elemen pendukung Supian Suri – Chandra Rahmansya. Isu siapa Ketua PWI Depok yang sebenarnya pun muncul ke permukaan. Narasi penghianatan muncul menjadi pemuncak tranding Kota Depok saat ini.
Miris, melihat lembaga yang harus ada dalam pengakuan kedaulatan Indonesia di mata dunia terpecah seperti ini. Dari pusat, pusat kepentingan. Di Kota Depok, PWI dibuat konflik manajemen oleh segelintir orang yang penulis pastikan adalah orang pesanan.
Pengecut sedang tertawa dari balik tirai, PWI Depok harus menyikapi dengan tepat. Sebelum semua wartawan yang terjebak dalam situasi menjadi korban.
Penulis merasa kasihan pada Wali Kota Depok, pak Supian Suri. Mimpi hebatnya membuat kota ini maju hampir ternodai oleh pendukung yang merasa lebih hebat darinya. Salam jurnalis. (***)
Penulis: Luki Leonaldo