DRI Clinic Soroti Pentingnya Sistem Saraf dalam Pemulihan Cedera Otot

Ragil
By Ragil
3 Min Read
PT. MEDIA DAPUR REMAJA - Informasi Iklan dan Media Partner: 081290802946
Narasumber DRI Clinic (Foto: Istimewa)

Dapurremaja.com | Jakarta

Banyak orang selama ini mengira nyeri otot atau cedera yang tak kunjung sembuh disebabkan oleh lemahnya otot. Namun, menurut para ahli yang hadir dalam acara DRI Community Day di DRI Clinic Bintaro, Kamis lalu (16/10), sumber masalah sering kali justru berasal dari gangguan pada sistem saraf.

Acara ini menghadirkan pembicara seperti dr. Irca Ahyar, Sp.N., DFIDN, Dokter Spesialis Neurologi sekaligus Direktur DRI Clinic, dan Prof. Dr. Nofi Marlina Siregar, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Mereka menjelaskan bahwa fokus terapi cedera sering kali hanya pada otot tanpa menelusuri jalur saraf yang terganggu, sehingga menyebabkan pemulihan tidak optimal.

Menurut dr. Irca, pasien sering datang dengan keluhan nyeri yang sama meskipun sudah menjalani fisioterapi atau istirahat cukup. “Itu tanda sistem saraf belum pulih. Ototnya sebenarnya baik-baik saja, tapi sinyal dari saraf tidak seimbang,” ujarnya.

Pemulihan Berbasis Neurologi

Dr. Irca menegaskan pentingnya memahami hubungan saraf dan otot. Saraf berfungsi sebagai kabel utama yang menghubungkan otak dan otot. Jika saraf terganggu, pesan dari otak tidak sampai, sehingga otot terasa tegang, lemah, atau nyeri tanpa adanya kerusakan struktural.

DRI Clinic menawarkan pendekatan terapi yang menata ulang keseimbangan tubuh mulai dari sistem saraf. Pendekatan ini relevan tidak hanya bagi atlet, tetapi juga pekerja aktif, guru, maupun ibu rumah tangga yang mengalami nyeri berulang akibat postur tubuh yang salah.

“Pemulihan harus dimulai dari akar masalah, bukan hanya memperbaiki gejala otot saja,” kata dr. Irca. Dia membandingkan penanganan yang salah seperti menambal ban tanpa mencari penyebab bocor.

Edukasi Pasien dan Pencegahan Cedera

Dr. Irca juga menekankan pentingnya edukasi pasien agar memahami asal nyeri yang dirasakan. Selain itu, ia menganjurkan pemeriksaan saraf secara berkala untuk pencegahan, terutama bagi mereka yang memiliki kebiasaan duduk lama atau aktivitas berulang.

“Pemeriksaan saraf bukan hanya untuk orang sakit, tapi juga untuk mencegah cedera sejak dini,” tambahnya.

Sementara itu, Prof. Nofi Marlina Siregar menegaskan bahwa kesiapan sistem saraf sangat penting dalam mencegah cedera. “Kebugaran bukan hanya soal otot kuat, tapi juga sinergi antara saraf dan otot. Kalau salah satunya tidak siap, cedera mudah terjadi,” ujarnya.

Kolaborasi Akademik dan Praktisi

DRI Clinic juga menjalin kerja sama dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan UNJ untuk memperkuat integrasi ilmu neurologi, kedokteran olahraga, dan rehabilitasi fisik. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas penerapan pendekatan neuro recovery di dunia akademik dan praktik.

Dalam kesempatan yang sama, Stenly Kusnin, Strategic Advisor Anytime Fitness, menyoroti pentingnya kolaborasi antara pelatih dan tenaga medis dalam proses pemulihan. Sedangkan Susilo Baskoro dari komunitas Bintaro Loop dan Rima Melati Adams, sport enthusiast dan founder @satutempatstudio, membagikan pengalaman dan pentingnya mendengarkan sinyal tubuh untuk menghindari cedera berulang.

Quick Link

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses