Dapurremaja.com | Seoul
Anggaran pembelian artefak di Museum Nasional Korea tidak mengalami peningkatan selama sepuluh tahun terakhir, meskipun lembaga tersebut tercatat sebagai salah satu museum paling banyak dikunjungi di dunia. Hal ini terungkap dari data pemerintah yang dipublikasikan Selasa (22/10), seperti dilaporkan The Korea Herald.
Menurut data yang diperoleh anggota parlemen dari Partai Demokrat Korea, Min Hyung-bae, anggaran akuisisi museum tersebut nyaris tidak berubah sejak 2015, yakni sebesar 3,98 miliar won (sekitar US$2,8 juta). Hingga tahun 2024, angka itu tetap berada di kisaran yang sama, bahkan nilainya menyusut secara riil karena inflasi yang mencapai 19,98 persen selama satu dekade terakhir.
Padahal, Museum Nasional Korea baru saja mencetak rekor sejarah dengan mencatat lebih dari 5 juta pengunjung untuk pertama kalinya dalam 80 tahun keberadaannya naik 69,7 persen dibandingkan 2,96 juta pengunjung pada 2023. Berdasarkan data The Art Newspaper yang berbasis di Inggris, hanya empat museum di dunia yang melampaui angka tersebut tahun lalu, yaitu Louvre (8,74 juta), Museum Vatikan (6,83 juta), British Museum (6,48 juta), dan Metropolitan Museum of Art (5,73 juta) di New York.
Meskipun memiliki reputasi global, sumber daya Museum Nasional Korea jauh lebih kecil dibandingkan lembaga serupa di luar negeri. Metropolitan Museum of Art dilaporkan menghabiskan US$229,59 juta untuk akuisisi antara pertengahan 2018 hingga pertengahan 2022, atau rata-rata US$81,7 juta per tahun lebih dari 20 kali lipat anggaran tahunan museum Korea.
Keterbatasan dana tersebut membuat museum kehilangan peluang penting untuk menambah koleksi berharga. Pada 2022, dua patung Buddha perunggu berlapis emas yang berstatus Harta Nasional Korea dilelang dengan harga awal 6 miliar won, namun museum tidak dapat ikut menawar karena nilai tersebut melebihi seluruh anggaran akuisisinya.
Kondisi serupa juga dialami Museum Seni Modern dan Kontemporer Nasional (MMCA). Berdasarkan data, anggaran akuisisi MMCA menurun dari 6,1 miliar won pada 2017 menjadi sekitar 4,85 miliar won sejak 2021.
“Menjaga dan memperluas koleksi serta keahlian kuratorial merupakan investasi bagi kedaulatan budaya,” ujar Min Hyung-bae. “Jika Korea ingin memperkuat ambisi kebudayaannya, kita harus mulai dengan memperbesar investasi pada infrastruktur budaya,” tambahnya.