Anak Muda dari Berbagai Negara Konsolidasi di Hutan Brazil untuk Persiapan COP 30

Ragil
By Ragil
4 Min Read
PT. MEDIA DAPUR REMAJA - Informasi Iklan dan Media Partner: 081290802946
Anak Muda dari Berbagai Negara Konsolidasi di Hutan Brazil untuk Persiapan COP 30 (Foto: Istimewa)

Dapurremaja.com | Brazil

Sekitar 80 anak muda dari berbagai negara berkumpul di tengah hutan Mato Grosso, Brazil, dalam sebuah pertemuan bertajuk Co-Creation Meeting for the Campaign Alliance of Peoples for the Climate. Mereka tidur di hammock, berdiskusi di tepi sungai, dan menyusun strategi menuju Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP 30) yang akan digelar November mendatang di Belem, Brazil.

Pertemuan lintas negara ini berlangsung selama beberapa hari dan menjadi ruang konsolidasi bagi generasi muda aktivis iklim, terutama dari kawasan Amerika Latin. Para peserta bertukar ide, memperkuat solidaritas, dan merancang aksi kreatif yang akan mereka bawa ke panggung COP 30.

Salah satu peserta dari Asia, Stanislaus Demokrasi Sandyawan, atau akrab disapa Momo, mewakili Climate Rangers Jakarta. Ia mengaku terkesan dengan semangat dan kedekatan para peserta terhadap isu lingkungan yang mereka perjuangkan.

Hanya Dua Wakil dari Asia

Dari sekitar 80 peserta, hanya dua yang berasal dari Asia: Momo dari Indonesia dan satu delegasi dari Lebanon. Mayoritas peserta lainnya berasal dari negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko, Panama, dan Ekuador.

Momo menilai jaringan aktivis muda di kawasan tersebut sangat solid dan sudah cukup matang dalam mengelola gerakan.

Solidaritas Lintas Benua dalam Isu Masyarakat Adat

Isu masyarakat adat menjadi salah satu fokus diskusi, terutama soal konflik agraria dan perampasan lahan. Momo melihat banyak kesamaan antara situasi di Indonesia dan Amerika Latin, meski komoditas yang menjadi sorotan berbeda.

“Kalau di Indonesia konflik lahan banyak terkait dengan sawit, di Brazil dominannya adalah kedelai,” jelas Momo.

Brazil saat ini bahkan telah memiliki Kementerian Masyarakat Adat, sebuah langkah maju yang diakui Momo sebagai bentuk pengakuan negara terhadap hak-hak masyarakat adat—sesuatu yang belum sepenuhnya tercapai di Indonesia.

Fokus pada Pendanaan Iklim dan Isu Keadilan Sejarah

Salah satu agenda utama yang akan diangkat dalam COP 30 adalah soal pendanaan iklim. Menurut Momo, banyak peserta pertemuan yang masih belum memahami sepenuhnya bagaimana mekanisme pendanaan ini dapat diakses oleh komunitas akar rumput.

Diskusi pun berkembang pada dua konsep penting yang baru dikenal Momo: territorial autonomy dan historical reparation.

Strategi Aksi Kreatif di COP 30

Sebagai bagian dari rencana aksi, para peserta merancang kegiatan yang bertujuan menarik perhatian publik dan media saat COP 30 berlangsung. Salah satunya adalah fashion show yang menampilkan pakaian adat dari berbagai komunitas serta long march yang membawa pesan-pesan perjuangan lokal.

Kehadiran Tokoh Legendaris Amazon

Pertemuan tersebut juga dihadiri Chief Raoni Metuktire, tokoh legendaris masyarakat adat Kayapo dan simbol perjuangan pelestarian hutan Amazon. Kehadirannya disebut sebagai momen penting yang memperkuat semangat perjuangan lintas generasi.

Perjuangan yang Membumi

Bagi Momo, pengalaman di Desa Mupa, Mato Grosso, adalah salah satu momen paling membekas dalam perjalanan aktivismenya.

Siap Suarakan Isu Global dari Akar Rumput

Dengan semangat yang dibangun dari hutan Amazon, para peserta siap membawa suara komunitas mereka ke forum global. Mereka ingin memastikan bahwa COP 30 tidak hanya menjadi ajang diplomasi negara, tetapi juga ruang bagi masyarakat sipil, khususnya masyarakat adat dan anak muda, untuk bersuara.

Quick Link

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses