Dapurremaja.com | Sukmajaya
Warga Depok kembali dihebohkan kasus pelecehan seksual di lingkungan pendidikan. Setidaknya 7 siswi SMP Negeri di Depok wilayah Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh salah seorang oknum guru.
Kasus ini pertama kali mencuat melalui unggahan akun instagram @sarahprasiskaa yang viral sejak Rabu (21/5/2025), yang menampilkan narasi korban serta bukti rekaman percakapan bernada seksual yang diduga dilakukan oleh seorang oknum guru terhadap siswi yang diajar di kelasnya.
Akun tersebut diketahui milik Pelatih Ekstrakurikuler Sekolah (Ekskul) di SMPN Depok, Sarah, yang juga saksi mata kejadian, menyebut jumlah korban pelecehan seksual mencapai tujuh siswi.
Korban pelecehan seksual sendiri mengaku dilecehkan secara verbal oleh oknum guru dengan obrolan dewasa. Bahkan, korban didampingi orang tuanya telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak sekolah.
Selain pelecehan dalam bentuk verbal, para siswi juga diduga dilecehkan secara fisik. Oknum guru terduga pelaku meremas bokong korban hingga membantu merapikan dasinya dengan maksud menyentuh bagian payudara.
Para siswi korban pelecehan seksual tersebut diduga dilecehkan oleh oknum guru baik secara fisik maupun verbal.Dari tujuh korban yang melapor, mereka merupakan kelas 7 dan kelas 8 di SMPN Depok dan ada juga yang sudah lulus.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN Depok, Ety akrabnya akhirnya buka suara terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oknum guru terhadap sejumlah siswi.
Pernyataan resmi itu disampaikan setelah unggahan viral di media sosial menampilkan rekaman suara percakapan dengan nada bernuansa seksual yang diduga dilakukan oleh guru kepada salah satu siswi.
“Kasus ini pertama kali diketahui pada 13 Maret 2025 saat wali kelas VII-7 menerima laporan dari penanggung jawab kelas mengenai beredarnya video berisi rekaman voice note dengan subtitle percakapan di grup WhatsApp siswa. Video itu ditemukan orang tua siswa saat memeriksa HP anaknya,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikirimkan melalui WA, Kamis, (22/05/2025).
Setelah menerima laporan dari wali kelas dan guru BK, dirinya langsung memanggil oknum guru dan siswi yang bersangkutan untuk klarifikasi.
“Pertemuan dihadiri wali kelas dan dua penanggung jawab kelas. Saat itu saya anggap persoalan itu selesai secara kekeluargaan, meski tanpa bukti tertulis,” ungkapnya.
Namun, kasus kembali mencuat usai akun media sosial @sarahprasiskaa menyebarkan unggahan soal dugaan pelecehan yang menyulut opini publik seolah telah terjadi tindakan seksual fisik.
Sejumlah langkah telah diambil pihak sekolah, Ety menyebut telah memberikan surat peringatan pertama (SP1) pada 10 April 2025 dan melihat ada perubahan perilaku dari guru bersangkutan. Guru itu juga telah diminta memeriksakan kondisi kejiwaannya ke psikiater.
“Surat permintaan pemeriksaan kejiwaan kembali kami kirimkan pada 21 Mei 2025, dan surat peringatan kedua (SP2) dikeluarkan pada 22 Mei 2025,” tegasnya.
Terkait dugaan kasus lainnya, Ety mengaku tidak mengetahui karena di luar masa kepemimpinannya. Pihak sekolah kini masih terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk penanganan lanjutan.