Dapurremaja.com | Jakarta
Gaya hidup digital nomad semakin populer seiring berkembangnya teknologi dan meningkatnya fleksibilitas kerja. Para digital nomad bekerja secara remote sambil bepergian ke berbagai tempat, sering kali menggabungkan pekerjaan profesional dengan eksplorasi budaya dan petualangan pribadi. Di balik gaya hidup ini, ada banyak fakta menarik yang belum banyak diketahui. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Jumlah Digital Nomad Terus Bertumbuh
Menurut berbagai survei global, jumlah digital nomad meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Faktor seperti pandemi COVID-19, kemajuan teknologi, dan perubahan pola kerja mendorong banyak orang untuk meninggalkan kantor dan memulai gaya hidup yang lebih fleksibel.
2. Bukan Hanya untuk Freelance atau Pekerja Kreatif
Banyak orang mengira bahwa hanya desainer grafis, penulis, atau pengembang web yang bisa menjadi digital nomad. Padahal, saat ini banyak profesional dari bidang lain seperti akuntansi, pemasaran digital, hingga layanan pelanggan yang juga bekerja secara remote dan menjadi nomaden digital.
3. Mereka Punya Rutinitas Kerja yang Ketat
Meski terlihat seperti liburan tanpa akhir, sebagian besar digital nomad memiliki jadwal kerja yang disiplin. Mereka harus menyelesaikan tugas tepat waktu, berkoordinasi dengan tim di zona waktu berbeda, dan tetap produktif meskipun berpindah-pindah tempat.
4. Visa Khusus untuk Digital Nomad Semakin Banyak
Beberapa negara kini menyediakan visa khusus digital nomad untuk menarik pekerja remote jangka panjang. Negara seperti Portugal, Estonia, Indonesia (Bali), dan Dubai adalah contoh tempat yang menyediakan fasilitas ini, lengkap dengan insentif pajak dan infrastruktur pendukung.
5. Biaya Hidup Jadi Pertimbangan Utama
Salah satu alasan utama seseorang menjadi digital nomad adalah untuk menekan biaya hidup. Banyak dari mereka memilih negara dengan biaya hidup yang lebih rendah dibanding tempat asalnya, namun tetap memiliki kualitas hidup yang baik dan koneksi internet stabil.
6. Komunitas yang Kuat dan Mendukung
Digital nomad cenderung membentuk komunitas yang saling mendukung di berbagai kota. Mereka sering berbagi informasi tentang tempat tinggal, coworking space, event networking, dan tips visa. Platform seperti Nomad List atau Remote Year membantu mereka terhubung dan berbagi pengalaman.
7. Bekerja Sambil Traveling Bisa Menjadi Melelahkan
Meskipun terdengar menyenangkan, hidup berpindah-pindah bisa menantang. Jet lag, kesepian, kendala bahasa, hingga sulitnya menjaga kesehatan mental bisa menjadi beban. Banyak digital nomad akhirnya memilih slow travel, yaitu tinggal lebih lama di satu tempat untuk menjaga keseimbangan hidup.
8. Tidak Harus Selalu ke Luar Negeri
Menjadi digital nomad tidak berarti harus berpindah antar negara. Banyak orang menjalani gaya hidup ini dengan berpindah kota di dalam negeri. Ini lebih mudah dari segi visa dan biaya, serta tetap memberikan pengalaman baru.
- Dampak Sosial dan Lingkungan Mulai Dipertimbangkan
Seiring meningkatnya jumlah digital nomad, muncul kesadaran akan dampak sosial dan lingkungan yang mereka timbulkan. Beberapa kota menjadi terlalu penuh atau mengalami kenaikan harga sewa karena tingginya permintaan dari para nomad. Kini, ada gerakan untuk menjadi digital nomad yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.