Dapurremaja.com| Bedahan
Di tengah hiruk-pikuk perkembangan wilayah Sawangan, sebuah pohon kapuk yang tumbuh kokoh di pinggir lapangan bola Kelurahan Bedahan, Depok, menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Bertahun-tahun lamanya pohon ini berdiri tegak, dan kini menjadi satu-satunya pohon yang tersisa di antara banyak pohon yang dulu pernah tumbuh di kawasan ini.
Musim kapuk tiba. Buah-buahnya merekah, mengeluarkan serat putih lembut yang terbawa angin, menari di udara cerah siang ini. Kapuk-kapuk itu beterbangan hingga ke setiap sudut lapangan, menambah kesan magis dan menghidupkan suasana. Anak-anak yang bermain layangan di tengah lapangan pun tampak tak terganggu, justru menikmati pemandangan yang jarang terjadi ini.
Di sela-sela semilir angin, terdengar suara dari pengeras masjid yang tengah menggalang dana pembangunan. Lantunan pengingat amal berpadu dengan semesta yang seolah ikut bersyukur atas keberadaan pohon tua ini—yang lebih dari sekadar tumbuhan, namun juga kenangan hidup warga sekitar.
“Pohon ini sudah ada sejak saya kecil. Dulu kami ramai-ramai memanen kapuk untuk diisi ke bantal dan guling. Sekarang, tinggal pohon ini yang bertahan,” kenang Nahrawi mantan ketua RW di Bedahan, ungkapnya pada Selasa (2/9/2025).
Menjulang sekitar 15 meter dari permukaan tanah, pohon kapuk ini bukan hanya menghadirkan keteduhan, tetapi juga menyimpan cerita masa lalu yang menghangatkan. Ia menjadi pengingat bahwa di tengah segala perubahan, ada hal-hal sederhana yang tetap bertahan dan terus memberi makna.
Kini, pohon kapuk di Bedahan bukan hanya menjadi ikon alam, tetapi juga simbol keteguhan, kenangan, dan harapan. Sebuah warisan hidup yang selayaknya dijaga, dipelihara, dan dihargai oleh generasi mendatang.
Editor: Supiyadi Ahmad