Dapur Remaja Radio| Pondok
Mantan Pengurus PDIP Pondok Petir, Bojongsari, Israwan Nugroho angkat bicara terkait dinamika Politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Depok 2020.
Israwan mengaku sejak pasangan calon (paslon) ditetapkan KPU, dirinya melakukan analisis mendalam ihwal visi-misi paslon. Baik itu paslon nomor urut 01, Pradi Supriatna-Afifah Alia, maupun paslon nomor urut 02, Mohammad Idris-Imam Budi Hartono (IBH).
Israwan, alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang memiliki kepakaran di bidang keuangan dan anggaran, menyoroti program anggaran pengembangan infrastruktur wilayah kedua paslon.
Pertama Pradi-Afifah yang menjanjikan dana Rp500 juta per RW, serta program Rp5 miliar per kelurahan Idris-IBH.
“Dari perspektif saya sebagai orang keuangan dan bergelut di anggaran, Rp5 miliar per kelurahan lebih realistis ketimbang Rp 500 juta per RW,” ujar Israwan yang mengaku masih tercatat aktif sebagai kader PDIP tersebut.
Dipaparkan Israwan, duit Rp 5 miliar per kelurahan memiliki parameter yang jelas dari aspek pertanggungjawaban teknis anggaran, pelaksanaan, hingga soal pengawasan.
Sementara alokasi Rp500 juta per RW rawan adanya penyelewengan. “Fungsi pengawasannya sulit karena sekupnya sempit. Potensi temuannya tinggi,” jelas Israwan.
Adapun dana Rp5 miliar per-kelurahan dari aspek pemerataan pembangunannya lebih jelas. Pihak pemerintah atau kelurahan bisa menetapkan skala prioritasnya dengan mudah, disesuaikan dengan kebutuhan wilayah.
“Partisipasi publik bisa terorganisir. Baik dari fungsi pelaksanaan maupun pengawasan anggarannya,” katanya.
Dia lantas menjabarkan mengapa dana pembangunan 500 juta per-RW tidak realistis. Dia tak bisa membayangkan jika RW di komplek-komplek perumahan diberi setengah miliar dalam setahun.
“Mau dibikin apa? Setahu kami sudah disiapkan oleh pihak developer mengenai fasum dan fasosnya. Dan perlu kita ketahui bersama, bahwa RW bukan bagian dari struktur pemerintahan negeri ini, bagaimana bisa dianggarkan dalam APBD,” ungkap Israwan.
Maka dari itu Israwan tak ragu memantapkan pilihannya kepada Idris-IBH. Sekalipun dirinya tercatat sebagai kader PDIP.
“Saya memilih atas kajian yang rasional, bukan partisan asal sekadar milih. Saya profesional, akademisi. Maka sudah sepantasnya ketika memilih saya harus menganalisis secara cermat,” beber Israwan.
Israwan mengaku bakal menggerakan kader-kadernya di Sawangan untuk memilih Idris-Imam. Dia optimis bisa meraih banyak suara lantaran sudah cukup lama melakukan pemberdayaan kepada kader maupun masyarakat setempat.
“Kami menargetkan minimal 70 persen suara untuk paslon 02 di Wilayah Kelurahan Pondok Petir dan sekitarnya,” tegas Israwan.
Dia tak gentar dengan ancaman maupun teguran dari partai. Israwan berkeyakinan bahwa jalan politiknya bukanlah didasarkan pada politik transaksional dan politik ‘karbitan’. Sedari awal berpartai, Israwan mengaku sudah melaksanakan garis-garis partai.
“Insyallah saya tidak pernah dan tidak akan pernah cari nafkah dari dunia politik,” pungkas dia. (th)